824.000
Estimasi kasus
Please use potrait mode
TBC disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri tersebut menular melalui udara.
Penularan TBC antar manusia terjadi ketika orang sehat menghirup droplet yang mengandung Mycobacterium tuberculosis yang dikeluarkan oleh orang dengan TBC saat batuk, bersin, tertawa, atau bernyanyi.
Itu artinya, siapa pun berisiko terinfeksi TBC.
Penularan TBC juga dapat terjadi pada orang yang berkontak erat dengan orang dengan TBC. Apalagi, pasien tersebut memiliki gejala batuk.
Potensi tertular TBC akan meningkat jika orang sehat berada di satu ruangan yang sama dengan pasien TBC dalam waktu lama.
Terlebih, jika ruangan tersebut lembap akibat sirkulasi udara yang buruk.
Bahkan, saat orang dengan TBC meludah sembarangan, dahak yang dibuang dapat menguap. Alhasil, bakteri TBC tersebar lewat udara.
Meski begitu, TBC tidak serta-merta menginfeksi tubuh yang sehat. Orang dengan daya tahan tubuh rendah ketika menghirup droplet TBC akan mengalami dua kemungkinan.
Pertama, dapat terinfeksi TBC Laten, yaitu kondisi bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan tertidur. Bakteri ini tidak akan berkembang menjadi penyakit karena tubuh masih memiliki sistem kekebalan tubuh.
Kedua, bakteri berkembang biak dengan cepat hingga seseorang langsung merasakan adanya gejala TBC.
Orang dengan faktor risiko tertentu yang berada dekat dengan orang yang sakit TBC berisiko lebih tinggi terinfeksi dan sakit.
Seseorang yang terinfeksi TBC tidak langsung merasakan gejala. Hal ini justru baru terjadi pada 2-12 minggu setelah terpapar.
Risiko pemburukan pun baru terjadi jika daya tahan tubuh orang yang terinfeksi TBC menurun. Kondisi ini disebut sebagai TBC aktif dengan gejala seperti gambar di samping.
Selama pandemi virus corona, batuk kerap dianggap sebagai gejala Covid-19. Padahal, bisa jadi itu gejala TBC.
TBC ekstra paru adalah kondisi di mana bakteri Mycobacterium tuberculosis menyerang organ lain di luar paru-paru.
Gejalanya bervariasi, tergantung pada organ tubuh yang terdampak.
Pengobatan TBC secara gratis bisa dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, klinik, rumah sakit atau dokter praktik swasta yang telah memiliki standarisasi pengobatan TBC, yaitu Direct Observed Treatment Short-course (DOTS).
Intensif
Berlangsung selama dua bulan sejak orang dengan TBC memulai pengobatan. Pada tahap ini, orang dengan TBC diharuskan meminum obat setiap hari secara teratur.
Tujuan tahap awal adalah untuk menonaktifkan bakteri TBC yang ada di dalam tubuh. Jika pada akhir tahap ini pemeriksaan dahak masih positif, pengobatan tahap intensif akan ditambah selama satu bulan.
Lanjutan
Berlangsung sejak bulan ke-2 hingga bulan ke-6 atau lebih pengobatan. Pada tahap ini, orang dengan TBC diwajibkan meminum obat 3 kali dalam seminggu. Tujuannya untuk mematikan bakteri TBC yang ada di dalam tubuh.
Pengobatan TBC umumnya dilakukan selama minimal 6 bulan. Namun, pada beberapa kasus dengan kekebalan obat, durasinya bisa berlangsung lebih lama bahkan sampai 24 bulan.
Lama pengobatan ditentukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Penentuannya pun tergantung pada berat atau ringannya gejala serta jenis penyakit TBC yang dialami.
Saat melakukan pengobatan TBC, orang dengan TBC diharuskan tetap meminum obat yang diberikan sesuai waktu yang ditentukan meski gejala sudah hilang. Sebab, bakteri TBC belum hilang walaupun gejala sudah tidak ada.
Jika orang dengan TBC berhenti minum obat atau tidak melanjutkan pengobatan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang diberikan. Akibatnya, penyakit TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit disembuhkan.