Komitmen menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia diwujudkan pemerintah melalui pengembangan Tol Laut.
Poros maritim merupakan gagasan strategis yang ditujukan untuk
menjamin konektivitas antarpulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim.
Tujuannya, untuk menekan disparitas harga dan memeratakan
pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia serta
peningkatan konektivitas di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Namun faktanya, saat ini Indonesia menjadi negara di kawasan Asia dengan biaya logistik termahal.
Angkanya mencapai sekitar 24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Infrastruktur logistik maritim sangat penting bagi Indonesia, tetapi kualitas pelabuhan di Indonesia perlu ditingkatkan untuk
mengurangi tingginya biaya logistik.
Pelan-pelan, pelabuhan di Indonesia mulai menampakkan kembali eksistensinya. Setidaknya, dimulai dari dua pelabuhan ikonik di Indonesia, yaitu Sunda Kelapa dan Tanjung Priok. Kemudian, berlanjut pada satu pelabuhan baru lainnya, yakni Pelabuhan Marunda.
Pada masa kejayaannya, Sunda Kelapa merupakan pelabuhan utama sekaligus pusat perdagangan yang ramai.
Kini, Pelabuhan Sunda Kelapa hanya melayani kapal-kapal
tradisional yang berlayar dari Jakarta ke berbagai pelosok negeri.
Fasilitas di pelabuhan ini terbatas. Proses bongkar muat barang sering dilakukan hanya dengan menggunakan tenaga manusia.
Meski demikian, Pelabuhan Sunda Kelapa yang sarat dengan nilai sejarah ini memiliki daya tarik wisata yang tinggi dan menjadi salah satu destinasi wisata Jakarta.
Adapun Pelabuhan Tanjung Priok berjarak beberapa
kilometer dari Sunda Kelapa. Pelabuhan ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan perdagangan yang meningkat pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Kini, Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan
terbesar dan tersibuk di Indonesia.
Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun antarpulau yang dilengkapi dengan teknologi dan fasilitas modern.
Kedua pelabuhan ini menunjukkan dua sisi Indonesia, yaitu sisi modern yang memiliki daya saing tinggi, sedangkan sisi lainnya masih bersistem tradisional.
Seiring bertumbuhnya perekonomian dan aktivitas bisnis, Pelabuhan Tanjung Priok semakin padat sehingga memerlukan dukungan dari pelabuhan di sekitarnya. Salah satu pelabuhan yang berlokasi dekat dengan Tanjung Priok adalah Pelabuhan Marunda.
Pelabuhan Marunda merupakan proyek strategis nasional yang berfungsi sebagai pelabuhan khusus barang curah (non-peti kemas) untuk mendukung aktivitas pelabuhan utama Tanjung Priok dengan tujuan menekan dwelling time.
Pembangunan Pelabuhan Marunda merupakan wujud nyata KCN untuk memperkokoh salah satu program
Nawacita Presiden Jokowi, yakni merealisasikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Dalam operasionalnya, Pelabuhan Marunda tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Meski demikian, Pelabuhan Marunda berpotensi dapat menyumbang ratusan miliar rupiah ke kas negara dan
menggerakkan denyut perekonomian nasional.