Loading
share whatsapp
Best Experience on portrait mode only,
please rotate your device.

MENGEMBALIKAN KEJAYAAN MARITIM INDONESIA

GENGGAM NAWACITA, MERAJUT ASA DARI MARUNDA

Di masa lampau, Nusantara pernah berjaya dengan kekayaan lautnya. Aktivitas melaut pun dilakukan selama berabad-abad.

Pada zaman kerajaan di Nusantara, kehidupan nenek moyang bertumpu pada hasil kegiatan pertanian, perdagangan, dan pelayaran.

Laut dimanfaatkan sebagai jalur penghubung antarpulau. Kapal-kapal mengarungi lautan tersebut dengan mengangkut berbagai hasil bumi ke seluruh wilayah Nusantara hingga mancanegara, seperti India, Afrika, dan China.

Adapun hasil bumi yang dibawa untuk diperdagangkan di antaranya merica, pala, cengkih, kapur barus, kesturi, mur, dan emas.

Komoditas berharga ini tersebar di Nusantara, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, hingga Papua.

Kala itu, kawasan Nusantara sudah memiliki pelabuhan-pelabuhan yang menjadi titik-titik penghubung perjalanan di laut.

Pada masa itu, ada dua kerajaan yang beradidaya dengan kekuatan maritim yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang sudah ada sejak abad ke-7. Kerajaan ini mencapai masa keemasan pada abad ke-10.

Saat itu, Sriwijaya menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara. Kerajaan ini telah menjalin hubungan dagang dengan India, Burma, Melayu Kalimantan, Siam, Kamboja, China, Filipina, Persia, Arab, dan Afrika.

Pada masa keemasan, Kerajaan Sriwijaya menguasai dua wilayah perairan penting dalam perdagangan Nusantara, yakni Selat Malaka dan Selat Sunda. Hal itu membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara.

Seiring waktu, kekuatan maritim Kerajaan Sriwijaya mulai pudar. Tepatnya pada awal abad ke-11, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran.

Baru pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit berhasil menjadi kekuatan maritim baru di lautan Nusantara. Majapahit berhasil menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara sekaligus pelindung jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan.

Kini, di tengah zaman yang kian modern serta persaingan ekonomi antarbangsa yang semakin ketat, maritim tetap bergeliat dan menjadi salah satu motor ekonomi Indonesia.

POTENSI MARITIM INDONESIA

Dengan luas lautan mencapai 70 persen, Indonesia punya potensi besar untuk memanfaatkannya.

Setidaknya, ada sebelas sektor ekonomi kelautan yang jika dijalankan dengan baik akan mendongkrak perekonomian nasional. 

Total potensi ekonomi kesebelas sektor tersebut mencapai 1,338 triliun dollar AS per tahun.

Berikut rincian potensi sektor kelautan di Indonesia.

Perikanan tangkap (20 miliar dollar AS)

Kontribusi terhadap dunia 7,19 persen atau 6,54 juta ton.

Perikanan budi daya (210 miliar dollar AS)

Total produksi 17,22 juta ton per tahun.

Industri pengolahan (100 miliar dollar AS)

Industri bioteknologi kelautan (180 miliar dollar AS)

Potensi terbesar dunia mencapai 50 miliar dollar AS per tahun.

Transportasi (30 miliar dollar AS)

Energi dan sumber daya mineral (210 miliar dollar AS)

Cadangan: Migas 3,602.53 MMSTB, Potensial migas 3,702.49 MMSTB, Potensi eksplorasi mineral 200 ton per hari (tembaga, seng, emas, perak), potensi energi panas laut 240 Gigawatt (GW).

Sumber daya wilayah pulau-pulau kecil (120 miliar dollar AS)

Pariwisata Bahari (60 miliar dollar AS)

20,87 juta hektare kawasan konservasi 590 jenis karang, 2.057 ikan karang, 12 jenis lamun, 34 jenis mangrove, 463 titik penyelaman kapal tenggelam.

Industri dan jasa maritim (200 miliar dollar AS)

Lebih dari 250 industri galangan kapal kapasitas produksi ± 1,000,000 DWT per tahun reparasi ± 12,000,000 DWT per tahun

Coastal forestry (8 miliar dollar AS)

Luas hutan mangrove 3 juta hektare (ha). Pulau Papua 3,7 juta ha, Sumatera 417.000 ha, Kalimantan 165.000 ha, Sulawesi 53.000 ha, Jawa 34.400 ha, Bali dan Nusa Tenggara 3,7 ha.

Sumber daya nonkonvensional (200 miliar dollar AS)

Sumber: Data Estimasi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020

Dengan memaksimalkan potensi tersebut,

Indonesia berpeluang menjadi poros maritim dunia.

“Kita (Indonesia) telah lama memunggungi laut, samudra,selat, dan teluk. Sekarang saatnya kita mengembalikan Jalesveva Jayamahe. Di laut kita jaya!“

Demikian pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dalam pengucapan sumpah sebagai Presiden RI 2014–2019, Senin (20/10/2014).

Jalesveva Jayamahe adalah motto TNI angkatan laut yang kerap dimaknai sebagai “Di Lautan Kita Jaya”.

Seruan yang sama sebenarnya sudah ada sejak zaman Majapahit. Kala itu, seruan ini dipakai untuk membangkitkan semangat.

Lanjut Baca

1

2

Inilah Nusantara, wilayah kepulauan terbesar di dunia yang dikelilingi samudra raya. Dengan luas mencapai 3.257.483 kilometer persegi, lautnya menjadi teras Indonesia.

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15