Setelah diekstraksi dari tanah, aku dan teman-temanku diangkut ke pabrik pemurnian, yakni di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Di sini, aku menjalani serangkaian proses yang rumit untuk memisahkan antara bijih nikel dan batuan lain sehingga didapatkan nikel murni.
Pemurnian nikel di IMIP bergantung jenis bijihnya. Untuk jenis saprolite seperti Niko, pemurnian dilakukan di kluster stainless steel dan carbon steel. Pengolahan saprolite dilakukan menggunakan metode rotary kiln electric furnace (RKEF).
Untuk pemurnian bijih nikel jenis limonite, dilakukan di kluster komponen baterai. Pemurnian limonite menggunakan teknologi metode high pressure acid leaching (HPAL).
RKEF merupakan teknologi mutakhir yang mengolah bijih nikel hingga menjadi nickel pig iron (NPI).
Pengolahan dengan metode ini dilakukan melalui dua rangkaian proses utama, yakni reduksi dalam tungku putar (rotary kiln) dan peleburan dalam tungku listrik (electric furnace).
Truk berisi bijih saprolite basah disimpan di dalam gudang sebagai tahap persiapan. Di sini, berat bijih saprolite diukur menggunakan satuan wet metric ton (wmt).
Setelah itu, bijih saprolite dimasukkan ke dalam pengering putar atau drying kiln bersama-sama dengan bahan atau materi lainnya. Bijih saprolite kering diukur menggunakan satuan dry metric ton (dmt).
Campuran tersebut kemudian dikeringkan untuk menghilangkan kadar air (calcination) dengan rotary kiln. Selanjutnya, bijih nikel dipanggang pada rotary kiln yang dicampur dengan kokas dengan suhu sekitar 700 derajat Celcius.
Kemudian, hasil pengeringan pada rotary kiln akan diproses melalui electric furnace dengan suhu mencapai 1.500 derajat Celcius. Proses ini akan menghasilkan crude NPI (kadar nikel 10-15 persen) dan feronikel atau nikel kelas 2.
Truk berisi bijih saprolite basah disimpan di dalam gudang sebagai tahap persiapan. Di sini, berat bijih saprolite diukur menggunakan satuan wet metric ton (wmt).
Setelah itu, bijih saprolite dimasukkan ke dalam pengering putar atau drying kiln bersama-sama dengan bahan atau materi lainnya. Bijih saprolite kering diukur menggunakan satuan dry metric ton (dmt).
Campuran tersebut kemudian dikeringkan untuk menghilangkan kadar air (calcination) dengan rotary kiln. Selanjutnya, bijih nikel dipanggang pada rotary kiln yang dicampur dengan kokas dengan suhu sekitar 700 derajat Celcius.
Feronikel berbentuk cair dikirim menggunakan ladle ke pabrik selanjutnya untuk diolah menjadi produk stainless steel.
Crude NPI dan feronikel akan melalui proses casting atau pencetakan untuk menjadi hasil akhir NPI padat bila tidak langsung diproses menjadi produk stainless steel atau dijual.
Kualitas NPI dan feronikel bisa ditingkatkan menjadi nickel matte (30-80 persen) melalui proses lanjutan di converter. Selanjutnya, ketika diolah lagi menjadi electrolyte nickel (99,99 persen) atau nikel kelas 1, barulah bisa digunakan sebagai salah satu bahan. baku baterai EV.
Kemudian, hasil pengeringan pada rotary kiln akan diproses melalui electric furnace dengan suhu mencapai 1.500 derajat Celcius. Proses ini akan menghasilkan crude NPI (kadar nikel 10-15 persen) dan feronikel atau nikel kelas 2.
Feronikel berbentuk cair dikirim menggunakan ladle ke pabrik selanjutnya untuk diolah menjadi produk stainless steel.
Crude NPI dan feronikel akan melalui proses casting atau pencetakan untuk menjadi hasil akhir NPI padat bila tidak langsung diproses menjadi produk stainless steel atau dijual.
Kualitas NPI dan feronikel bisa ditingkatkan menjadi nickel matte (30-80 persen) melalui proses lanjutan di converter. Selanjutnya, ketika diolah lagi menjadi electrolyte nickel (99,99 persen) atau nikel kelas 1, barulah bisa digunakan sebagai salah satu bahan. baku baterai EV.
Pada metode HPAL, pemurnian nikel menggunakan asam sulfat pada tekanan dan temperatur yang tinggi di dalam autoclave.
Bijih limonite dengan kadar nikel rendah (~1%-1,5%) dihancurkan dan dicampur dengan air untuk membentuk slurry.
Slurry diproses dalam autoclave dengan asam sulfat (H₂SO₄) pada suhu ±250°C dan tekanan 40-50 bar. Nikel dan kobalt larut dalam larutan, sedangkan besi mengendap sebagai hematit (Fe₂O₃).
Setelah proses HPAL, dilakukan filtrasi, yaitu pemisahan antara padatan (tailing) dan larutan kaya nikel, kobalt, dan mangan.
Bijih limonite dengan kadar nikel rendah (~1%-1,5%) dihancurkan dan dicampur dengan air untuk membentuk slurry.
Slurry diproses dalam autoclave dengan asam sulfat (H₂SO₄) pada suhu ±250°C dan tekanan 40-50 bar. Nikel dan kobalt larut dalam larutan, sedangkan besi mengendap sebagai hematit (Fe₂O₃).
Setelah proses HPAL, dilakukan filtrasi, yaitu pemisahan antara padatan (tailing) dan larutan kaya nikel, kobalt, dan mangan.
Penghilangan pengotor besi (Fe) dan aluminium (Al) dilakukan dengan menambahkan kapur (CaCO₃ dan Ca(OH)₂). Hasilnya adalah larutan kaya Ni, Co, dan Mn, yang siap untuk tahap presipitasi MHP baku baterai EV.
Nikel (Ni) dan kobalt (Co) dalam larutan diendapkan dengan menambahkan NaOH (sodium hydroxide). Endapan yang terbentuk kemudian difilter dan dikemas sebagai Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Saat ini smelter HPAL di IMIP baru mengolah hingga produk MHP. Ke depan, akan memproduksi nickel, cobalt, manganese sulfate hingga prekursor baterai.
Penghilangan pengotor besi (Fe) dan aluminium (Al) dilakukan dengan menambahkan kapur (CaCO₃ dan Ca(OH)₂). Hasilnya adalah larutan kaya Ni, Co, dan Mn, yang siap untuk tahap presipitasi MHP baku baterai EV.
Nikel (Ni) dan kobalt (Co) dalam larutan diendapkan dengan menambahkan NaOH (sodium hydroxide). Endapan yang terbentuk kemudian difilter dan dikemas sebagai Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Saat ini smelter HPAL di IMIP baru mengolah hingga produk MHP. Ke depan, akan memproduksi nickel, cobalt, manganese sulfate hingga prekursor baterai.