Manusia selalu butuh energi. Sebelum ada temuan minyak dan gas bumi, misalnya, mereka menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar menyalakan api untuk bertahan hidup.
Seiring berkembangnya peradaban, kebutuhan energi terus meningkat.
Sumber energi lain mulai pula ditemukan, sampai era minyak dan gas bumi terjadi.
Dan seterusnya, sampai jauh ke masa depan, manusia akan terus membutuhkan energi untuk kehidupan
Minyak dan gas bumi telah menjadi sumber utama energi dunia, sejak penemuan sumber minyak pada awal abad ke-20. Puncak kejayaannya terjadi pada kurun 1970-an hingga 1980-an.
Saat cadangan minyak semakin berkurang, terutama di Indonesia, pencarian sumber energi lain tak terelakkan.
Gas bumi merupakan pilihan terdekat. Hingga 30-an tahun ke depan, Indonesia setidaknya masih punya cadangan terbukti gas sekitar 100 TCF
Dari sekian alasan memilih sumber energi, harga selalu jadi pertimbangan penting bagi pengguna. Pelanggan gas bumi melalui layanan jaringan pipa PT Perusahaan Gas Negara (PGN), bukan perkecualian.
Kompas.com menelusuri pengalaman pelanggan dan seluk-beluk layanan perusahaan ini.
Cirebon, Surabaya, dan Medan, menjadi tujuan langkah penelusuran Kompas.com pada 15 Agustus 2016 hingga 27 Agustus 2016. Perjalanan ini mendapati sejumlah cerita
Sejarah gas di Indonesia, adalah cerita pertama...
Pompa besi besar berwarna merah bata yang terpampang di halaman kantor PGN Sub Distribusi Wilayah III Area Medan, Sumatera Utara, punya arti tersendiri bagi penggunaan gas sebagai bahan bakar.
Benda ini adalah cikal bakal mengalirnya penyaluran dan pemanfaatan gas bumi, tak hanya untuk Medan tetapi bahkan di Indonesia.
Karat dan penampakan usang pompa yang sudah tak lagi dipakai itu menunjukkan usianya yang sudah hampir seabad.
“Area kantor ini adalah kawasan yang dipakai untuk gasifikasi. Ada dua bekas tangki minyak yang sekarang sudah berubah bentuk menjadi gedung kantor," ujar Senior Specialist Asset Reability Management PGN Kantor Wilayah Regional III, Romel Manurung, Jumat (26/8/2016).
"Secara fisik tak ada jejak, tetapi air yang mengalir hingga sekarang masih berbau dan berasa (minyak),” lanjut dia.
Pada 1930-an, hogem—begitu pompa itu dulu disebut—dipakai untuk cracking minyak bumi dan batu bara agar menghasilkan gas.
Potensi gas bumi sebagai energi baik dan masa depan Indonesia, butuh perluasan infrastruktur, sebagaimana peta di atas.
Sampai akhir 2016, PGN telah memiliki jaringan pipa gas lebih dari 7.260 kilometer, setara sekitar 78 persen total jaringan pipa gas nasional.
Tentu saja, infrastruktur yang makin meluas itu butuh jaminan keamanan, dari pasokan sampai ke penggunaan harian para pelanggan.
Kompas.com pun mengintip "dapur" pengelolaan penyaluran gas bumi PGN di Kota Cirebon...
Pelanggan PGN makin beragam dari tahun ke tahun, mulai dari rumah tangga sampai berbagai industri skala besar.
Dari perjalanan ini, Kompas.com mendapati pula cerita soal dedikasi manusia, bahkan saat teknologi sudah menyediakan sistem pengaman.
Masih ada “Pahlawan Gas Negara”...
Simak juga :
Kumpulan artikel pada topik pilihan : • Cerita Gas Baik dari Rumah Tangga sampai Industri • Gas Baik untuk Indonesia