Loading...
TUAH
INDUSTRI HULU MIGAS
PASCA MASA JAYA
Dua sampai tiga dekade silam, Indonesia terkenal sebagai negara produsen dan eksportir utama
minyak dunia. Ini terjadi lantaran negara kita mampu memproduksi minyak bumi dengan jumlah
besar dan mengekspornya.
Dengan fakta tersebut, Indonesia pun menjadi salah satu anggota organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC)
yang punya pengaruh lumayan besar kala itu.
Adapun untuk dalam negeri, industri hulu minyak dan gas (migas) punya peranan penting bagi pembangunan Tanah Air.
Ini karena memberikan sumbangan besar bagi penerimaan negara.
Hasil riset Reforminer Institute menyatakan,
pada medio 1970-1990 sektor migas memberikan sumbangan 62,88 persen terhadap penerimaan negara.
Indonesia bukan lagi negara surplus migas
bahkan saat ini terancam mengalami krisis migas.
Pasalnya, produksi minyak bumi dari tahun ke tahun relatif menurun, sementara konsumsinya terus meningkat.
Keterangan: 1 barel = 159 liter
Sumber: Konsumsi minyak bumi (BP Statistical Review of World Energy 2018)
Produksi minyak bumi (SKK Migas 2018)
Kondisi serupa dialami gas. Meski pasokan gas dalam negeri masih lebih besar dibandingkan tingkat konsumsinya,
ada fakta bahwa tren produksi gas Tanah Air kian menyusut.
Keterangan: Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD)
Sumber: Konsumsi minyak bumi (BP Statistical Review of World Energy 2018)
Produksi minyak bumi (SKK Migas 2018)
Penurunan jumlah produksi minyak juga membuat anjloknya kontribusi penerimaan industri hulu migas terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Belanja Negara (APBN).
Tahun 2000 penerimaan pada industri ini menyumbang kontribusi 41,6 persen terhadap APBN, sementara pada 2018 hanya sebesar 6,58 persen.
Deretan efek berganda industri hulu migas yang telah dibahas di atas membuktikan, meski tidak lagi dalam masa jayanya sektor industri ini punya peranan positif masif dalam perekonomian dan pembangunan di Indonesia.
Untuk itu, semua elemen bangsa Indonesia wajib mendukung dan mendorong upaya eksplorasi hulu migas. Selain untuk pembangunan, diharapkan melalui upaya ini produksi migas nasional naik sehingga bisa mengecilkan gap antara konsumsi dan produksi migas.
Konten ini merupakan hasil kerja sama antara:
Mikhael Gewati
Moh. Latip
Mikhael Gewati
Sri Noviyanti
Kurniasih Budi
Daniel Malau
Firman Setiawan
Syifa Asky Fitaya
Hisnudita Hagiworo
Lalu Arman Rozika
©Copyright 2018 PT. Kompas Cyber Media