Mereka yang lebih mengutamakan gaya hidup ketimbang memikirkan kondisi keuangannya. Segala cara dilakukan demi memenuhi kebutuhan gaya hidupnya, termasuk berutang dan melakukan kredit secara berlebihan. Ujung-ujungnya, bisa besar pasak daripada tiang.
Perilakunya tak konsumtif. Tipe ini cenderung sudah memiliki kesadaran pentingnya memiliki tabungan. Sayangnya, mereka belum mengetahui lebih jauh jenis produk keuangan.
Begitu punya pendapatan, tipe ini akan mengutamakan uang tersebut agar masuk dan tersimpan dalam tabungan. Sayangnya, uang tabungan tak dapat berkembang karena yang diandalkan hanya bunga tabungan. Untuk berpikir soal investasi tipe konvensional ini merasa terlalu kejauhan. Mereka cenderung takut mengambil risiko.
Tipe masyarakat seperti ini sudah memiliki kesadaran jika menabung di bank bukan medium yang tepat untuk memberikan keuntungan besar pada masa depan.
Maka dari itu, mereka tergiur oleh ragam jenis produk keuangan yang dapat menjanjikan keuntungan banyak dan cepat tapi minim risiko.
Namun, akibat terlalu menginginkan keuntungan secara cepat, banyak di antara mereka terjebak dan tertipu oleh jenis investasi bodong.
Tak sulit menemukan ketiga tipe masyarakat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, bukan tidak mungkin Anda merupakan salah satunya.
Hal tersebut terjadi karena masih rendahnya literasi keuangan di Indonesia. Riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 mencatat, literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 38,03 persen. Artinya, jika dihitung dalam 100 orang hanya ada 38 di antaranya yang melek literasi keuangan.
Berbicara soal produk keuangan untuk masa depan—selain tabungan konvensional—asal tahu saja, ada produk lain yang lebih memberikan cuan.
Produk yang dimaksud adalah investasi dan asuransi.
Keduanya bisa jadi proteksi untuk menyelamatkan kondisi keuangan Anda pada masa depan.
Terlambat mengenal produk keuangan artinya Anda menunda banyak kesempatan untuk mendatangkan cuan. Pada masa depan, bukan tak mungkin Anda akan terjebak dalam kondisi seperti ini :
Hari ini yang mampu membiayai diri sendiri, ke depan bisa sulit karena nilainya dapat berganda dan berlipat-lipat, belum lagi kebutuhan juga kemungkinan bisa ikut bertambah
Persiapan biaya hidup setelah pensiun
Sewaktu-waktu bisa terkena penyakit
Kebutuhan darurat di tengah jalan
Keinginan bebas finansial
Hasil riset yang dilakukan dan dirilis pada April 2019 oleh Moody's Analytics dan Blue Cross Blue Shield Association menyebutkan, kaum milenial diprediksi memiliki peluang besar mengalami kebangkrutan.
Pada akhirnya, rekening tabungan menipis dan tidak bisa mengatasi perubahan nilai barang pada masa depan. Bila disimulasi, tabungan setahun biasanya akan habis pada akhir tahun. Siklus yang sudah menjadi rahasia umum.
Asal tahu saja, meski saat ini uang Rp 15.000 bisa leluasa memilih menu di warteg, namun bukan tidak mungkin 15 tahun mendatang hanya cukup untuk membeli minum kemasan saja.
Pun sama halnya dengan harga rumah, 15 tahun lalu kita dengan mudah menemukan rumah di tengah kota dengan harga ratusan juta rupiah, sekarang? Sudah di atas Rp 1 miliar bahkan di atas Rp 2 miliar.
*Asumsi hitungan memakai dasar kenaikan rata-rata rumah tipe menengah sebesar 3 persen per tahun
Hidup itu butuh rencana. Keuangan jadi salah satu hal yang melekat di dalamnya
Perlu dipahami, tabungan di bank saja belum tentu dapat memenuhi kebutuhan pada masa mendatang.
Seperti yang diketahui, meski memiliki sejumlah keuntungan, menabung di bank tak lepas dari hal-hal yang menjadi pengurang.
Jangan kaget apabila Anda menyadari saldo berkurang setiap bulannya.
Itu karena setiap pemilik rekening bank harus membayar biaya administrasi yang pembayarannya diambil dari saldo rekening yang Anda miliki.
Menabung di bank akan mendapatkan bunga atau bagi hasil, tetapi tidak akan terasa signifikan jika jumlah tabungan belum banyak. Itu karena hampir semua bank menjanjikan bunga 0-3 persen per tahun untuk kategori tabungan biasa.
Sekarang, Anda sudah sedikit memahami apa yang akan terjadi apabila tidak memiliki literasi keuangan yang tinggi dan perencanaan keuangan yang baik.
Nah, lalu bagaimana sebaiknya agar untung dalam mengelola keuangan agar tetap kaya pada masa tua? Berikut jawabannya.
Asuransi adalah pengalihan risiko dari diri sendiri (Tertanggung) kepada pihak perusahaan asuransi sebagai (Penanggung).
Sehingga saat terjadi risiko pada diri atau aset Anda, seperti kendaraan bermotor, rumah, atau lainnya, kondisi keuangan tidak akan terganggu.
Ada perusahaan asuransi yang akan membayarkan sejumlah uang untuk penggantian risiko tadi.
Sederhananya, asuransi akan berfungsi membantu Anda terhindar dari besarnya kerugian yang harus ditanggung sendiri akibat sejumlah peristiwa yang tidak bisa diprediksi tersebut.
Cukup dengan membayar iuran premi, maka Anda akan mendapatkan perlindungan terhadap aset yang menurut Anda penting termasuk diri sendiri dan keluarga.
Ambil contoh investasi reksa dana. Idealnya, berinvestasi dengan cara ini punya cara kerja seperti Anda memercayakan uang yang dimiliki dikelola oleh perusahaan investasi untuk dikembangkan.
Setelah itu, perusahaan investasi akan menentukan atau memberikan pilihan-pilihan instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan Anda agar dapat berkembang maksimal.
Ingat, setiap investasi juga mengandung unsur risiko yang harus Anda ketahui dan sepakati di awal.
Jangan langsung tergiur dengan penawaran pengembalian hasil investasi yang terlalu besar karena semua hasil investasi bergantung kepada kinerja makro ekonomi negara juga.
Investasi adalah keputusan sadar dan transparan yang artinya Anda yang menentukan instrumennya.